Menanggapi acara miss word, menurut saya acara miss world
jangan disebut sebagai ajang kecantikan dunia melainkan ajang kompetisi wanita
yang berbakat. dengan adanya miss world semua wanita yang berbakat berkumpul
menjadi satu tanpa ada perbedaan antara suku, ras, dan agama. ajang miss world
harus dilihat dari cara kepeduliannya terhadap dunia, dari cara perkataannya
yang baik, dan juga dari pengetahuannya, bukan dilihat dari kecantikannya. kita
bisa menjadikan ajang miss world bisa saling bertukar pikiran satu sama lain,
apa yang menjadi masalah di dunia. tapi acara miss world harus diubah dari cara
berpakaiannya, harus sesuai budaya yang menjadi tuan rumah miss world tersebut.
nah disini akan menimbulkan rasa toleransi antara negara satu dengan negara
lainnya. berhubungan indonesia menjadi tuan rumah miss world, acara miss world
harus sesuai dengan kebudayaan indonesia yang lebih tertutup. Tetapi menurut saya
lebih baik indonesia jangan menjadi tuan rumah karena lebih banyak kerugiannya
dari pada keuntungan menjadi tuan rumah. Dengan diperbolehkannya indonesia
menjadi tuan rumah miss world akan mengakibatkan konflik yang terjadi di
indonesia. Akan menimbulkan perbedaan pendapat yang mengakibatkan perpecahan
antara kedua pihak. Tetapi ada baiknya juga dengan adanya miss world kebudayaan
indonesia dan lain sebagainya lebih dikenal oleh dunia.
Contoh kasus yang berhubungan dengan permasalahan kebudayaan
yang ada di lingkungan. Kebudayaan gotong royong dan kerjasama biasanya
terlihat pada saat anak bermain permainan tradisional seperti permainan
kelereng, layangan, petak umpet, karet, gerobak sodor, dan lain sebagainya. Yang
dapat menumbuhkan rasa kerja sama, saling membantu dan tolong menolong. Namun dengan
perkembangan teknologi sehingga bermunculan permainan seperti games yang ada di
handphone, komputer, ipad. yang membuat anak anak kurang dalam berinteraksi
langsung, yang berdampak pada kurangnya kerja sama, gotong royong.
0 comments:
Post a Comment